Sabtu, 19 Maret 2016

Ketika Politikus Berpikir Untuk “Balik Modal”


http://dreamcatchersite.blogspot.com/2016/03/ketika-politikus-berpikir-untuk-balik.html


Jika kita bertanya tentang "apa arti kata politik?" menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) politik adalah (pengetahuan) mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan (spt tt sistem pemerintahan, dasar pemerintahan). Tapi bagaimana kalau saya berikan definisi baru yang mungkin masuk akal. Menurut pendapat saya, politik adalah seni untuk mendapatkan,menggunakan, dan mempertahankan kekuasaan. Kenapa saya bilang ini adalah seni? karena seni adalah kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yg bernilai tinggi (luar biasa). Dalam hal ini politik itu hasil pemikiran atau ciptaan akal manusia,bukan sesuatu yang turun dari langit atau diambil dari kitab suci suatu agama.

Orang yang bermain berkecimpung di bidang politik disebut "Politikus". Seperti kita ketahui bersama, politikus di negeri ini identik dengan "Korupsi". Kenapa hal ini bisa terjadi? salah satunya adalah biaya politik yang amat mahal. Sehingga, politikus berpikir untuk balik modal dengan jalan korupsi. Kenapa ongkos politik bisa begitu mahal?. Berikut akan saya jelaskan alasan kenapa biaya politik untuk lingkup yang kecil saja bisa sangat mahal.

http://dreamcatchersite.blogspot.com/2016/03/ketika-politikus-berpikir-untuk-balik.html

Untuk mendapatkan jabatan atau kekuasaan yang notabene adalah tujuan utama seorang politikus, mereka harus punya modal yang besar. Kenapa? karena masyarakat kita yang ingin "pemimpin bersih" itu masih akrab dengan Money Politic. Untuk lingkup yang paling kecil saja, seperti Kepala Desa. Saya tidak tahu dengan daerah lain, tapi di desa saya ada tradisi yang dilakukan oleh Calon Kepala Desa untuk menarik pemilih, yaitu tradisi "melekan". Melekan adalah tradisi dimana seorang Calon Kepala Desa mengadakan acara semalam suntuk di rumahnya dan siapa saja boleh hadir. Dia juga akan mengundang orang-orang yang dianggap mampu mendongkrak perolehan suara mereka.

Tradisi Melekan ini terus dilakukan selama sebulan sebelum pilkades dilaksanakan. Bayangkan, berapa besar biaya yang dikeluarkan seorang politikus "kelas teri" bahkan sebelum mereka resmi terpilih. Biaya akan semakin membengkak jika sudah mendekati Hari H, mereka mulai menargetkan berapa jumlah minimal orang yang dibutuhkan untuk menang, dan berapa nominal uang yang akan diberikan kepada tiap orang. Jika target minimal untu menang adalah 300 orang, dengan satu orrang paling tidak mendapat Rp 50.000,00 maka paling tidak mereka sudah menghabiskan Rp15.000.000,00, angka yang cukup fantastis kan? (btw ini belum termasuk biaya melekan dan timses lho).  

http://dreamcatchersite.blogspot.com/2016/03/ketika-politikus-berpikir-untuk-balik.html

Belum selesai dengan semua ini, masih ada biaya tambahan yang mungkin keluar jika ingin mendapatkan suara tambahan dengan cepat, kita mengenalnya dengan "Uang Serangan Fajar". Ya Ya Ya.... Dengan ini perolehan suara bisa langsung mendadak naik, karena ini seperti "membeli" suara lawan tanpa diketahui lawannya. Namun, nominal per-orangnya jelas lebih besar, yaitu di sekitaran Rp 100.000,00/orang. Maka jangan heran bila banyak Kepala Desa menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan "uang jajan" selama masa jabatan mereka.

Berlanjut ke tingkat yang lebih "elit", yaitu DPRD tingkat II. Untuk menjadi Anggota DPRD  tingkat II saja, seorang politikus harus mengeluarkan banyak biaya, mulai dari biaya alat peraga (kaos,spanduk,baliho,dkk),biaya "safari politik", dan lagi-lagi mahar yang harus mereka keluarkan untuk pemilih di dapil mereka dengan nominal per-orang paling tidak Rp 15.000,00-Rp 25.000,00. Hal yang sama juga berlaku untuk DPRD Tingkat I (Povinsi) dan DPR Pusat, tentunya dengan cakupan wilayah ang lebih luas.

Kesimpulan
Ketika Politikus Berpikir Untuk “Balik Modal” karena biaya politik yang besar, sebenarnya kita sendiri yang menciptakan politikus jenis ini. Masyarakat masih lebih mengutamakan kebahagiaan sementara yang mereka dapatkan dari money politic. Rakyat berkoar-koar benci akan korupsi tapi tidak menutup diri ketika suara mereka dibeli. Kita ingin pejabat bersih tapi uang hasil memilih terus kita tagih. Ingatlah kata Bertolt Brecht 
http://dreamcatchersite.blogspot.com/2016/03/ketika-politikus-berpikir-untuk-balik.html
 So, mari jadi rakyat yang cerdas dalam berbuat dan berpikir. Kunci hilangnya korupsi adalah hilangnya virus money politic yang sudah meraja lela sekian lama. Tanpa menghilangkan virus ini, semua angan-angan akan hilangnya korupsi dari negeri kita tercinta hanya akan jadi retorika yang tiada akhirnya. Terima kasih bagi anda yang berkenan membaca postingan saya, ini saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi saya. Ini hanya sekedar curahan hati,bila anda meminta bukti konkret berupa dokumen-dokumen yang nyata, maaf saya tidak memilikinya. Sekian, sampai jumpa di postingan berikutnya 🤗 bye....

Facebook : Alfin Fatkurrochman
Twitter     : @Alfin_FR1

Baca Juga :
Yang Hilang Dari Masa Kecil di Zaman Ini
Media dan Kontennya Sekarang
Apa Itu "Cewek"
Tutorial Move On
Tips Mendapatkan Teman "Bule"
Tips Hidup Ala Mahasiswa Yang Ngekos
Apa Keuntungan Jadi Jomblo? (What's The Advantages Of Being Single)

9 komentar:

  1. nice artikel bro :)) menambah wawasan nih

    BalasHapus
  2. Iya bang.. sesuatu yang diawali dengan tidak baik ya endingnya pun begitulah..
    Haha

    BalasHapus
  3. selama masih ada orang yang berpikiran buat "balik modal" indonesia ga akan maju

    BalasHapus
  4. itulah orang orang yang tidak berpikir kedepan tentang masa depan negaranya.

    BalasHapus
  5. Harta tahta dan wanita dilingkungan politikus

    BalasHapus
  6. indentik banget dengan negara kita "indonesia" hahahaha

    BalasHapus
  7. ya sebenarnya dia sudah salah dari awal pencalonan saja udah gtu ya pasti ujung"nya duit

    BalasHapus
  8. mungkin di indonesia banyak kaya gini ya, ane cuma bisa berharap semoga mereka di panjangkan umur nya untuk dibukakan akal untuk ngga lagi berpikiran mengabdi ke negara itu untuk cari duit apalagi balik modal kampanye.

    BalasHapus
  9. Korupsi ternyata disebabkan dan diciptakan kita sendiri

    BalasHapus